Sate Klathak Pak Jede Khas Jejeran: Warisan Kuliner Legendaris Bantul sejak 1940-an dengan Cita Rasa Autentik
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tetapi juga memiliki warisan kuliner yang telah melegenda selama puluhan tahun—sate klathak. Di antara deretan warung sate klathak yang berjejer di sepanjang Jalan Sultan Agung, Sate Klathak Pak Jede khas Jejeran berdiri sebagai salah satu pionir yang meneruskan tradisi kuliner asli dari Mbah Ambyah, pencetus sate klathak pada tahun 1940-an. Dengan menggunakan daging kambing muda pilihan yang ditusuk dengan jeruji besi sepeda dan dibakar hanya dengan bumbu garam, Pak Jede menghadirkan kesederhanaan yang justru menjadi kekuatan utama—membiarkan rasa gurih alami daging kambing berbicara tanpa tertutup oleh bumbu yang berlebihan.

Keunikan sate klathak terletak pada metode pemasakan yang telah diwariskan turun-temurun, di mana setiap tusukan sate dibakar di atas arang dengan tungku tanah liat yang mampu menyimpan panas lebih lama, menghasilkan daging yang matang sempurna dengan aroma asap khas yang menggugah selera. Warung Sate Klathak Pak Jede tidak hanya menawarkan pengalaman kuliner, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah dan identitas budaya Bantul yang wajib dicicipi oleh siapa pun yang berkunjung ke Yogyakarta.
Sate Klathak Itu Daging Apa?
Bahan Utama Sate Klathak
Sate klathak itu daging apa adalah pertanyaan yang sering ditanyakan:
Jawaban: Sate klathak menggunakan daging kambing muda sebagai bahan utama.
Karakteristik Daging:
- Jenis: Kambing muda (kambingan uda) yang belum terlalu tua
- Usia: Biasanya 6-12 bulan
- Bagian: Paha, iga, daging bagian perut (yang berlemak untuk rasa gurih)
- Ukuran Potongan: Relatif besar dibanding sate biasa (sekitar 3×4 cm per potong)
- Kualitas: Fresh, tidak berbau prengus karena menggunakan kambing muda
Mengapa Kambing Muda?
- Tekstur daging lebih empuk dan tidak alot
- Aroma tidak menyengat (tidak prengus seperti kambing tua)
- Lemak alami yang cukup untuk rasa gurih tanpa berlebihan
- Mudah matang dan meresap bumbu garam
Kenapa Disebut Sate Klathak?
Asal Usul Penamaan
Kenapa disebut sate klathak ada beberapa versi cerita:
Versi 1: Pohon Melinjo (Versi Paling Populer)
- Mbah Ambyah (perintis sate klathak tahun 1940-an) berjualan di bawah pohon melinjo
- Buah melinjo dalam bahasa Jawa disebut “klathak”
- Buah klathak banyak berjatuhan di sekitar warung sate Mbah Ambyah
- Pelanggan menyebut: “Mau beli sate di bawah pohon klathak itu lho!” (yang klathaknya banyak)
- Lama-lama sate ini dinamakan Sate Klathak
Versi 2: Bunyi Saat Membakar
- Saat membakar sate, garam kasar (garam grosok) disiramkan ke bara arang
- Garam yang terbakar menimbulkan bunyi “klatak…klatak…klatak” (bunyi pecahan garam di api)
- Suara ini menjadi ciri khas saat membakar sate
- Pelanggan mendengar bunyi ini dan menyebutnya “sate klatak” (dari onomatope bunyi)
Versi 3: Dari Pak Bari (Generasi Ketiga)
- Subari kecil (sekarang Pak Bari) membantu kakek dan ayahnya berjualan sate
- Ia sering memungut buah melinjo (klathak) untuk dijual dan mendapat uang jajan
- Iseng meletakkan biji melinjo (klathak) di atas daging sate saat membakar
- Kebiasaan ini menjadi trademark dan sate dinamakan sate klathak
Kesimpulan: Nama “klathak” kemungkinan besar berasal dari buah melinjo yang menjadi landmark tempat Mbah Ambyah berjualan, dikombinasikan dengan bunyi klatak-klatak saat membakar dengan garam.
Apa Bedanya Sate Klatak dan Sate Biasa?
Perbandingan Detail
Apa bedanya sate klatak dan sate biasa:
Aspek |
Sate Klathak |
Sate Biasa (Sate Bumbu) |
---|---|---|
Daging |
Kambing muda |
Kambing, ayam, sapi |
Ukuran Potongan |
Besar (3×4 cm) |
Kecil (2×2 cm) |
Tusukan |
Jeruji besi sepeda |
Tusuk bambu atau kayu |
Bumbu |
Hanya garam (uyah) |
Bumbu kacang, kecap manis, bawang |
Cara Bakar |
Tungku tanah liat + arang |
Panggangan biasa |
Jumlah per Porsi |
2-4 tusuk |
5-10 tusuk |
Pelengkap |
Kuah santan encer atau kuah tongseng |
Bumbu kacang atau kecap |
Rasa Dominan |
Gurih alami daging + garam |
Manis-gurih dari bumbu |
Asal |
Jejeran, Bantul, Yogyakarta |
Umum di Indonesia |
Harga |
Rp 5.000 – Rp 8.000/tusuk |
Rp 3.000 – Rp 5.000/tusuk |
Keunikan Sate Klathak:
- Minimalis Bumbu: Hanya garam, membiarkan rasa asli daging bicara
- Tusuk Besi: Jeruji besi menghantar panas lebih baik, daging matang merata dari dalam
- Ukuran Besar: Lebih mengenyangkan, tekstur juicy di dalam
- Kuah Santan: Ditambah kuah santan encer atau kuah tongseng (bukan bumbu kacang)
- Tradisi Tua: Resep turun-temurun sejak 1940-an tanpa perubahan signifikan
Sate Klathak Pak Jede Jogja
Profil Warung
Sate Klathak Pak Jede jogja atau sate klathak dan bakmi jowo pak jede, nologaten:
Lokasi Utama:
- Alamat: Nologaten, Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta
- Dekat dengan: Jalan Sultan Agung (jalan utama menuju Imogiri)
- Landmark: Jejeran II, kawasan sate klathak
Jam Operasional:
- Buka: Setiap hari, mulai jam 09.00 – 21.00 WIB
- Peak Hours: 12.00-15.00 (makan siang) dan 18.00-20.00 (makan malam)
- Weekends: Sangat ramai, sebaiknya datang di luar jam makan
Kapasitas:
- Tempat Duduk: Lesehan dan kursi, kapasitas 50-80 orang
- Parkir: Luas untuk mobil dan motor
Kontak:
- Telepon: Cek melalui Google Maps atau marketplace
- Pemesanan: Bisa booking untuk rombongan
Cabang Lain
Sate klathak pak jede mangga besar:
- Lokasi: Daerah Mangga Besar (perlu verifikasi, kemungkinan cabang atau warung berbeda)
- Catatan: Sate Klathak Pak Jede yang original dan terkenal tetap di Jejeran, Bantul
Menu Sate Klathak Pak Jede
Menu Utama
Sate Klathak:
- Harga: Rp 5.000 – Rp 8.000 per tusuk
- Isi: Daging kambing muda ditusuk jeruji besi
- Bumbu: Garam saja
- Pelengkap: Kuah santan atau kuah tongseng
- Per Porsi: 3-4 tusuk sate (Rp 20.000 – Rp 32.000)
Tongseng Kambing:
- Harga: Rp 25.000 – Rp 35.000 per porsi
- Isi: Daging kambing, kol, tomat, bumbu tongseng kental
- Cocok: Untuk yang suka kuah
Gulai Kambing:
- Harga: Rp 25.000 – Rp 35.000 per porsi
- Kuah: Santan dengan rempah
- Tekstur: Daging empuk, kuah kental
Sop Kambing:
- Harga: Rp 20.000 – Rp 30.000 per porsi
- Kuah: Bening dengan rempah hangat
- Segar: Tomat, seledri, bawang goreng
Bakmi Jowo:
- Harga: Rp 15.000 – Rp 25.000
- Ciri Khas: Mi kuning dengan kuah kaldu kambing atau ayam
- Topping: Ayam suwir, kol, tauge, bawang goreng
- Rasa: Gurih, tidak terlalu manis
Menu Pelengkap
Nasi:
- Nasi Putih: Rp 5.000
- Nasi Goreng Kambing: Rp 20.000 – Rp 25.000
Minuman:
- Es Teh Manis: Rp 5.000
- Teh Hangat: Rp 3.000
- Jeruk Panas: Rp 8.000
- Es Jeruk: Rp 8.000
- Air Mineral: Rp 3.000 – Rp 5.000
Warung Sate Klathak Terkenal di Jejeran
Sate Klathak Pak Pong
Sate Klathak Pak Pong atau sate klathak pak pong terdekat:
Lokasi:
- Alamat: Jl. Sultan Agung No. 18, Jejeran II, Wonokromo, Pleret, Bantul
- Jarak dari Pak Jede: Sekitar 200-500 meter (masih satu kawasan)
Karakteristik:
- Sangat populer, sering penuh di weekend
- Tempat luas, bisa untuk rombongan besar
- Harga kompetitif dengan Pak Jede
- Parkir luas
Harga:
- Sate Klathak: Rp 6.000 – Rp 8.000 per tusuk
- Tongseng: Rp 30.000 per porsi
Sate Klathak Pak Bari
Sate Klathak Pak Bari:
Profil:
- Generasi Ketiga: Pak Bari (Subari) adalah generasi ketiga penerus Mbah Ambyah
- Lokasi: Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul
- Terkenal: Tempat syuting film “Ada Apa Dengan Cinta 2” (AADC 2)
Sejarah:
- Pak Bari meneruskan usaha dari kakek dan ayahnya (Pak Wakidi)
- Mulai berjualan sendiri tahun 1992
- Salah satu warung tertua dan paling autentik
Harga:
- Sate Klathak: Rp 5.000 – Rp 8.000 per tusuk
- Menu lengkap: Tongseng, Gulai, Sop
Sate Klathak Mbah Sukarjo
Sate Klathak Mbah Sukarjo:
Profil:
- Salah satu warung tertua di kawasan Jejeran
- Resep turun-temurun dari generasi awal
- Suasana tradisional, lesehan
Karakteristik:
- Lebih tradisional dan sederhana
- Harga relatif lebih murah
- Porsi besar
Sate Klathak Pak Jupaini
Sate klathak pak jupaini:
Profil:
- Warung keluarga yang juga meneruskan tradisi sate klathak
- Lokasi di sekitar kawasan Jejeran
- Dikenal dengan kuah santan yang gurih
Sate Klatak Pak Pong Itu Daging Apa?
Klarifikasi
Sate klatak pak pong itu daging apa sama dengan sate klathak lainnya:
Jawaban: Daging kambing muda
Semua warung sate klathak di Jejeran (Pak Jede, Pak Pong, Pak Bari, Mbah Sukarjo, Pak Jupaini) menggunakan daging kambing muda sebagai bahan utama, dengan metode dan resep yang serupa karena berasal dari tradisi yang sama (Mbah Ambyah).
Perbedaan Antar Warung:
- Kualitas Kambing: Pemilihan supplier dan umur kambing
- Teknik Bakar: Lama pemanggangan dan suhu bara
- Kuah Pelengkap: Resep kuah santan atau tongseng masing-masing warung
- Porsi: Ukuran daging dan jumlah per tusuk
Tidak Ada sate klathak yang menggunakan daging sapi, ayam, atau domba—semua harus kambing muda untuk tetap disebut sate klathak autentik.
Tips Berkunjung ke Sate Klathak Pak Jede
Waktu Terbaik
Weekday (Senin-Jumat):
- Relatif sepi, tidak perlu antri
- Pelayanan lebih cepat
- Bisa santai menikmati suasana
Weekend (Sabtu-Minggu):
- Sangat ramai, terutama jam makan
- Datang sebelum jam 11.00 atau setelah jam 15.00
- Booking untuk rombongan besar
Cara Menuju Lokasi
Dari Kota Yogyakarta:
- Jarak: Sekitar 12-15 km dari Malioboro
- Waktu: 30-40 menit dengan kendaraan pribadi
- Rute: Jalan Parangtritis ke arah Bantul → Jalan Imogiri → Pleret → Jejeran
- Transportasi: Motor, mobil, atau ojek online (Grab/Gojek)
Landmark:
- Jalan Sultan Agung (jalan utama menuju Imogiri)
- Pasar Pleret (tidak jauh dari kawasan Jejeran)
- Deretan warung sate klathak (mudah ditemukan karena berjejer)
Etika Makan
Tips Menikmati:
- Pesan sate sesuai kebutuhan (bisa nambah jika kurang)
- Kuah santan bisa request lebih banyak (biasanya gratis tambah kuah)
- Makan sate sambil panas-panas untuk rasa terbaik
- Cobalah kuah tongseng sebagai variasi dari kuah santan
- Jangan lupa mencicipi bakmi jowo sebagai pendamping
Pembayaran:
- Bayar setelah selesai makan
- Cash dan non-cash (e-wallet) biasanya tersedia
- Harga tertera jelas per tusuk
Sate Klathak Pak Jede khas Jejeran merupakan salah satu warung yang meneruskan warisan kuliner legendaris dari Mbah Ambyah sejak tahun 1940-an. Dengan menggunakan daging kambing muda yang ditusuk dengan jeruji besi dan dibumbu hanya dengan garam, sate klathak menawarkan kesederhanaan yang justru menjadi kekuatan—membiarkan rasa gurih alami daging berbicara tanpa tertutup bumbu yang berlebihan.
Ringkasan Poin Penting:
- Daging: Kambing muda (empuk, tidak prengus)
- Tusukan: Jeruji besi sepeda (bukan bambu)
- Bumbu: Hanya garam (bukan bumbu kacang)
- Harga: Rp 5.000 – Rp 8.000 per tusuk
- Lokasi: Nologaten, Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul
- Pelengkap: Kuah santan encer atau kuah tongseng
- Asal Nama: Dari buah melinjo (klathak) dan bunyi “klatak-klatak” saat membakar
- Perintis: Mbah Ambyah (1940-an)
Warung Terkenal di Jejeran:
- Sate Klathak Pak Jede (Nologaten)
- Sate Klathak Pak Pong (Jl. Sultan Agung No. 18)
- Sate Klathak Pak Bari (lokasi syuting AADC 2)
- Sate Klathak Mbah Sukarjo
- Sate Klathak Pak Jupaini
Rekomendasi:
- Must Try: Sate klathak + kuah santan + bakmi jowo (combo sempurna!)
- Best Time: Weekday siang atau weekend pagi (hindari keramaian)
- Untuk Rombongan: Booking dulu untuk memastikan tempat duduk
Sate Klathak Pak Jede bukan hanya sekadar kuliner, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya Bantul yang wajib dicicipi saat berkunjung ke Yogyakarta. Kesederhanaan bumbu, kualitas daging kambing muda, dan metode pemasakan tradisional menjadikan sate klathak pengalaman kuliner yang tidak akan terlupakan!

Seorang Ayah yang suka akan dunia Kuliner. Hampir suka semua jenis makanan, terutama makanan khas Indonesia yang terkenal Lezat dan kaya rasa.